
Untuk membeli beras mememuhi kebutuhan sehari - hari saja, ada yang rela memulung bahkan mengemis.
Batam yang dulu menjanjikan banyak peluang untuk meraih kesuksesan yang bahkan wanginya sampai ke penjuru nusantara, sepertinya kini tinggal kenangan.
Banyaknya perusahaan yang memilih hengkang ke luar negeri tentunya membuat pengangguran di Kota Batam terus meningkat, sehingga tidak heran jika sebagian masyarakat Batam saat ini ada yang mengalami himpitan ekonomi keluarga.
Hamidah namanya, seorang ibu lanjut usia terlihat memulung mengumpulkan botol-botol sisa minuman kemasan di depan Ruko Rumah Tim Relawan Pemenangan Calon Wali Kota Batam Lukita - Basyid.
Tak hanya memulung, ibu itu juga tak sungkan meminta uang untuk membeli beras kepada orang-orang yang ada di Rumah Tim Relawan Pemenangan tersebut.
"Pak saya minta maaf, saya mau minta uang mau beli beras, kalau ada, tolonglah saya," pinta Hamidah.
Mendengar permintaan ibu itu untuk beli beras, tentu permintaannya sangat menyayat hati.
Tak menunggu lama dan walau tak seberapa, ibu itu pun menerima apa yang dimintanya.
Ketika ditanya apa yang sedang dilakukannya, jawabnya dia sedang mengumpulkan barang bekas yang bisa dijual.
"Ngumpulin barang bekas yang laku dijual pak, biar ada uang untuk beli beras," katanya dengan rauh wajah sedih.
Kata dia, ada pun penghasilan memulungnya dalam sebulan bisa menghasilkan Rp.300 ribu.
"Jualnya sekali sebulan, jadi ini dikumpulin dulu sampai banyak. Biasanya sekali jual bisa dapat tiga ribu rupiah," ucap Hamidah yang mengaku warga Kampung Nanas itu.
Saat ditanya kembali sudah berapa lama tinggal ia di Batam, jawab ibu itu sudah 20 tahun.
"Kalau saya sudah 20 tahun di Batam, cuma itu KTP ku tak ada. Sebenarnya bukan tak ada, sudah diuruskan tapi belum keluar," katanya.
Kata dia, meski dirinya mendapat Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintah selama pandemi ini, namun bantuan itu katanya tak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari - hari keluarganya.
"Kalau bantuan ada pak, cuma enggak cukuplah. Makanya saya memulung," ucapnya.
Saat ditanya kembali sudah berapa lama tinggal di Batam, jawab ibu itu sudah 20 tahun.
"Kalau saya sudah 20 tahun di Batam, cuma itu, KTP ku tak ada. Sebenarnya bukan tak ada, sudah diurus tapi belum keluar juga," ujarnya.
Mengenai KTP nya yang belum keluar, pihak dari tim Lukita mengatakan, akan memfalisitasi supaya KTP ibu itu bisa keluar.
"Kalau ada surat pengurusannya, dibawa saja kemari bu, biar kita minta," katanya.
Ya, begitulah potret kehidupan di Batam. Harusnya di umurnya yang kian senja itu, ibu tersebut harusnya menikmati sisa hidupnya.
Namun apa daya, karena himpitan ekonomi yang terus mendesak, mau tak mau ia harus berjalan berkeliling mencari barang bekas setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. (Ag)
Halaman :